Dengan berjingkat ku menyelinap gerbang kerajaan ..
Tidak ku dengar suara pujian atau petikan harpa
Tidak kutemui, satu penghuni istana pun di sana …
Apa yang terjadi dengan isi istana …
Para Cherubim tak ada di pos jaga,
tak kulihat para seraphim dengan pujiannya.
Semakin senyap, dan memilukan terasa
Kemana perginya para penghuni istana?
Ku semakin berani masuk ke dalam …..
Astaga … kulihat mahkota dan jubah kebesaran-Nya
teronggok dekat singgasana-Nya
Seperti sengaja ditinggal oleh pemiliknya ….
Yaspis, sardis, krisopras dan krisolit …
lazuardi, mirah, zamrud, ratna cempaka mengusam
mereka tak bisa memantulkan cahaya Bintang Timur ….
Seolah mereka berduka, bersama segenap penghuni istana …
Karena kepergian Sang Putera ….
Kemanakah gerangan perginya sang Pangeran …..
Nun jauh dibawah sana terlihat para gembala ….
Kaum jelata yang tidak dipandang sebelah mata
Sedang terpana mendengar berita gembira
Dengan gentar dan takjub terpana …
Menyaksikan segenap bala tentara surga …
Menyanyi dengan membahana ….
“Segala kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi …. Dan damai sejahtera di bumi”
Oh ternyata kesanalah Sang Putra menjelma …
Kedalam bayi lemah anak Yusuf dan Maria…
Beserta para malaikat yang mengiringi-Nya.
Demi melawat umat kepunyaan-Nya yang miskin dan papa.
Kedatangan-Nya ….
Menjadikan kaum gembala, duduk semeja …
dengan sang majus dan bala tentara kerajaan-Nya.
Pemungut Cukai, wanita dursila bisa tersenyum bahagia …
Mereka beroleh merasakan dan merayakan kehadiran-Nya.
Itulah berita Natal yang sesungguhnya …
Meninggalkan kenyamanan diri demi yang miskin dan papa?
Sanggupkah kita (gereja) meninggalkan selebrasi nir makna?
Melawat para papa nan nista, agar mereka mampu mengenal kata “bahagia” ….
Selamat merayakan Natal
Cah Bodho
Bedroom, Medio Dec 2012